16 Mar 2011

Madura Punya Pesona part 1

Libur akhir pekan 5-6 Maret lalu merupakan kesempatan langka yang bisa aku gunakan untuk berpetualang ke tempat wisata yang berbeda. Aku pergi dengan beberapa -teman kantor. Rencana awalnya siy berlibur ke kota Malang. Akan tetapi ketika ingat bahwa kemungkinan kota tersebut bakal penuh sesak dan perjalanan menuju sana bakal macet, maka terbersitlah ide untuk mengunjungi Pulau Madura. Terus terang saja meski Jembatan Suramadu sudah terbentang sejak beberapa waktu silam, aku belum pernah kesana dan melintasinya. Kebetulan aku juga punya teman yang tinggal di Pamekasan. Setelah googling 2 minggu sebelumnya, aku putuskan untuk mengunjungi 2 pantai yang konon bagus sekali di kota Sumenep.

Sumenep adalah kota berjarak kurang lebih 4-,5 jam dari Surabaya. Sepanjang perjalanan cukup menyejukkan mata. Masih hijau dan juga tidak terlalu rungsep kayak pas aku lewati kota-kota di Jawa Timur lainnya. Sempat terjebak macet juga di kawasan Pasar Tanah Merah karena jalan utama diblokade saking ramainya pasar, dan kami pun diarahkan menuju jalan alternatif yang sempit dan macet total. Jalan alternatif itu masuk ke daerah dalam desa. Walhasil kita bisa menyaksikan seperti apa pemandangan desa di Madura. Bangunan rumah disana relatif sama, yaitu dindingnya dilapisi keramik. Hmmm, mungkin mereka enggan mengecat ulang tembok tiap tahun dan tentu saja irit biaya. Hmm, mungkin lho, itu kan hanya opini dan ke sok tau an ku.

Berjarak kurang lebih 2 jam dari awal berangkat kami temukan pantai per tama, namanya Pantai Camplong. Kami berhenti sebentar di kawasan seperti dermaga, bukan di kawasan pantainya. Kami berhenti sejenak untuk makan siang bontotan yang sudah dibawa dari rumah. Menjejakkan kaki di dermaga Pantai Camplong saja aku sudah kegirangan tidak terkira. Sudah lama tidak liat laut, jadi aku ya cukup heboh begitu. Anginnya cukup kencang dan saya pun girang bukan kepalang. 10----=/--------- menit pertama aku belum sadar sengatan matahari, tapi sekitar 20 menit berikutnya sudah mulai terasa sengatannya dan kabur masuk mobil. Perut kenyang, perjalanan pun dilanjutkan.


Pemberhentian kedua adalah kota Pamekasan. Kami berhenti sebentar disana untuk bertemu dengan temanku yang tinggal disana, dan dialah yang akan menjadi pemandu kami di hari itu. Jarak dari kota Pamekasan ke Sumenep sekitar 1jam. Sayang sekali aku lupa mengabadikan foto ketika berada di alun-alun kota Pamekasan.
Memasuki kota Sumenep awalnya memang terasa sama sepertiketika kami melewati kota Sampang dan Pamekasan, tapi menurut temanku yang tinggal di sana ternyata Sumenep adalah kota terbesar di Madura. Sampai Sumenep kami putuskan dulu untuk check in di hotel yang sudah dibookingkan oleh temanku sejak 3 hari sebelumnya. Nama hotelnya adalah Mitra Land. Kami booking 3 kamar utk berdelapan orang. Dua kamar untuk bertiga, dan satu kamar untuk berdua. Mau tau berapa dana yang kami keluarkan untuk menginap semalam?????...? Hanya sebesar Rp 55.000 sekamar. Fasilitas di dalam kamar adalah 1 kamar tidur untuk berdua, 2 bantal, 1 guling (jarring terjadi nih), televisi 14 inch, AC split dan kamar mandi dalam. Menakjubkan bukan untuk kamar dengan tarif segitu. Bersih pula. Cuman memang ada yang perlu disayangkan yaitu mereka tidak provide selimut.

Kelar chek in sekitar jam 3an, kami lanjutkan acara menuju tempat wisata pertama yaitu Pantai Slopeng. Dari kota Sumenep ke pantai tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 30 sampai -45 menit. Teman yang asli Sumenep memberikan rekomendasi pantai Slopeng perlu dikunjungi pertama kali karena terkenal dengan pemandangan sunset nya. Karcis masuk ke pantai tersebut cukup murah yaitu Rp 1.000 per orang. Murah sekali. Ketika memasuki area pantai, angin langsung menyerbu dengan kencangnya. Pantai Slopeng memiliki angin yang tak terkira kekuatannya. Rambutku seketika jadi awut-awutan. Dan melihat deburan ombaknya yang nampak mengasyikkan aku jadi kegirangan. Sudah lama sekali aku tidak pernah mengunjungi pantai berpasir. Excited tak kira hingga aku langsung memutuskan untuk berlari-lari sepanjang pantai dan melepaskan sendal sembarangan. hihihihi ... . Sayang, pasir di sepanjang pantai kurang bersih. Ada pasir yang berwarna kehitaman, ada batu-batu laut berukuran kecil yang berserakan, dan bahkan kadang ada gundukan kotoran kuda di beberapa tempat (disana ada persewaan kuda untuk menyusuri pantai). Tepi pantai yang agak dekat dengan tempat masuk memang lebih rame dan lebih kotor, oleh karena itu aku memutuskan untuk berjalan agak jauh dan memang pasirnya terlihat agak lebih bersih. Sedikit kecewa tapi juga memaklumi karena tempat wisata yang dikenal dan ramai pengunjung umumnya memang kurang terjaga kebersihannya. Puas berfoto-foto dan bermain- pasir, akhirnya kami memutuskan bersantai menunggu matahari tenggelam. Setelah sukses mengabadikan pemandangan sunset kami memutuskan untuk kembali ke hotel untuk bersih badan dan mulai hunting makan karena kami baru makan 1x seharian tadi.

Sore hari setelah mandi saatnya menjelajah kota Sumenep. Kami bingung mau makan malam apa karena di Sumenep sejauh aku lihat tidak banyak terlihat ada rumah makan yang bisa didatangi. Ada fastfood place semacam McDonalds yang terlihat ramai sekali, tapi itu tidak membangkitkan rasa ingin tau ku untuk mencoba. Kami berputar--putar kota dan tidak menemukan sama sekali rumah makan sampai akhirnya kami memutuskan untuk makan di sebuah kedai atau warung makan yang terliaht ramai pengunjung. Kami cek menu makanannya dan nampaknya menarik. Harga makanan di kota Sumenep memang lebih murah daripada di Surabaya. Aku memesan sepiring cumi bumbu dan nasi aja cuma Rp 13.000. Cumi lho. Mana enak pula bumbunya. Temanku ada yang pesan udang lalapan juga segitu habisnya. Padahal udangnya cukup besar dan porsinya gak bikin kecewa. Yummie banget dah. Sayang aku lupa nama tempatnya, di jalan nama dan lupa tidak difoto juga makannya.
\
Kelar makan destinasi selanjutnya adalah alun-alun kota Sumenep. Ketika perjalanan makan malam itu sebenarnya kami sudah melewati tempat tersebut dan ada hal yang sangat menarik perhatianku. Ada banyak kendaraan macam kendaraan festival yang dihiasi lampu-lampu. Menakjubkan. Alun-alunnya jadi sangat berwarna dan mempesona. Kendaraan hias lampu yang aku kasih nama odong-odong itu aku yakin pasti bisa disewakan untuk keliling alun-alun. Sekalinya berlibur kan kudu dijabanin semua yang menarik hati. Gak pake malu-malu aku tanyalah pak sopirnya berapa bayarnya. Ternyata cuma Rp 1.000. Aduhhhh aku akan menyesal jika demi malu kemudian aku gak naik odong-odong. Jadi ku putuskan yuk mari naik. Dan tentu saja teman-temanku ku paksa sekalian, hahahaha.


Naik odong-odong sembari nyemil arum manis dan melihat-lihat keramaian alun-alun malam hari di Sumenep tak akan terlupa. Ciiiieeeeeeeeeee. Kelar itu ya balik hotel dan tidur karena esok hari mo ke pantai selanjutnya untuk mengejar pemandangan sunrise. Oiya, di hotel ada kejadian lucu menyakitkan. Pas mo tidur aku dan teman-teman baru menyadari kalo hotel tidak provide selimut. Walhasil tidur sambil melungker dan bahkan temanku ada yang tidur berselimutkan handuk, hahahaha. 

1 komentar:

  1. Terima kasih atas ceritanya :)
    Salam kenal :)
    Aku berasal dari sumenep, dan jangan lupa kalau ada waktu main2 ke blogku http://agvnk.blogspot.com/

    BalasHapus

Dear Rika & friends ...