24 Mei 2011

SIPENMARU … UMPTN … SPMB … SNMPTN … BINGUNG ?!

Senin, 23 Mei 2011. Tidak ada yang spesial dengan hari ini sebenarnya dalam hidup saya. Tapi tidak untuk beberapa orang diluar sana. Barangkali ada yang sedang mendapat musibah, sial, ceroboh, atau sesuatu yang tidak mengenakkan. Atau, bahkan, sedang deg-deg-an.

Awal hari dibuka dengan bbm sapaan keponakan tersayang yang memang selama beberapa waktu belakangan, khususnya dua minggu terakhir, sedang kebingungan. Satu langkah besar dan crucial sedang dijalaninya. Peralihan antara anak sekolahan (baca: ABG) menuju anak kuliahan memang tidak pernah mudah. Saya pernah mengalaminya. Seperti berada didepan gerbang besar yang selama ini terkunci rapat, dengan tinggi ratusan meter, dan terbuat dari beton dengan ketebalan super, yang sedang dipersiapkan untuk dibuka. Harus saya akui, masa sekolah, khususnya masa SMU memang indah. Tapi masa kuliah jauh lebih menantang. Gerbang dunia mulai terbuka perlahan. Apa yang tidak kita dapatkan semasa sekolah, mulai bisa kita lakukan. Ada kalanya wajar ketika kita merasa limbung melihat betapa luasnya dunia diluar sana. Sekali salah langkah, jika tidak mampu mengembalikan diri ke posisi yang lebih baik, hilang indahnya dunia. Oke saya mulai meracau galau.

Sebut saja Di, keponakan saya, yang mulai kebingungan menentukan jurusan yang akan ditempuhnya selama beberapa waktu kedepan. “Pokoknya aku ke Malang aja” kurang lebih itu katanya. Hihihi jadi teringat saya tujuh tahun yang lalu. Memantabkan pilihan pada kota kecil di Jawa Timur yang memang terkenal sebagai kota pendidikan selain Yogyakarta. Boleh di-browse betapa banyaknya jumlah fasilitas pendidikan di kota ini. “Tapi jurusan apa  ya, tante?” kebingungan mulai melanda Di. Errr … mau tidak mau segala macam spekulasi, strategi, atau apapun namanya memang harus dikerahkan. Bisa dimaklumi karena masa inilah untuk pertama kalinya seseorang menentukan sendiri apa yang diinginkan. Terlepas dari beberapa cerita pengalaman teman-teman yang 'agak sedikit dipaksa’ oleh orang tua memilih jurusan tertentu atau kampus tertentu. Kejadian serupa tidak lama terjadi setelah menghabiskan beberapa waktu membahas berbagai macam kemungkinan yang bisa terjadi dengan pilihan-pilihan jurusan Di melalui bbm, mulai dari pertimbangan tujuan kuliah, passing grade, jumlah peminat, kemampuan Di (moril, finansiil, mental), hingga kemungkinan peluang bekerja nantinya. Untuk tujuan mencari lowongan pekerjaan saya menuju Warnet terdekat dirumah dan mendapati beberapa bilik komputer mulai penuh dengan anak seusia Di. Untuk ukuran pukul 9 pagi cukup ramai pengunjung warnet. “Pada mau daftar online SNMPTN, mbak” kata mbak penjaga warnet. Hah?! Daftar online?? Enak betul ya … Berbeda dengan jaman saya dulu ketika SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa baru), istilah lain SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), yang harus susah payah mengantri pengambilan formulir pendaftaran Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di sekolah, menjaga kebersihan lembar pengisian komputer yang jadi momok kala itu karena ada kemungkinan tidak terbaca oleh sistem komputer jika kotor atau terlipat, mengisi secara teliti, kemudian kembali mengantri mengembalikan formulir yang telah terisi ke sekolah (karena pilihan pengumpulan secara kolektif melalui sekolah jauh lebih meringankan ketimbang harus mengembalikan pada panitia SPMB secara individu). Di tengah keributan para calon mahasiswa baru itu, saya jadi tergilitik setiap mendengar beberapa dari mereka berdiskusi satu dengan lain mengenai jurusan yang mereka cita-citakan. Dengan apapun tujuan yang melatar belakangi. Tidak bermaksud untuk besar kepala dan sok memberi masukan kepada adik-adikku sekalian, ini yang bisa saya share sesuai dengan pengalaman pribadi saya tentang seleksi calon masuk PTN yang memang super membuat bimbang.

Kalian kuliah untuk apa? Ini yang tidak terpikirkan oleh saya. Maklum, kedua orang tua saya, alhamdulillah, adalah tipe orang tua yang menyerahkan segala keputusan pada anak-anaknya. Dengan tujuan apapun yang membuat saya memilih jurusan teknik perencanaan wilayah dan kota. Tujuh tahun lalu, jurusan itu masih termasuk dalam jenis jurusan yang agak langka dan diluar jalur main stream. Percaya atau tidak itulah motivasi yang mengawali kalian untuk beberapa waktu ke depan. Kalau memang bertujuan untuk bekerja, yang bisa saya sarankan, mulai pertimbangkan kalian akan bekerja seperti apa. Ingin bekerja di perusahaan pertambangan, ada pilihan teknik geologi, geofisika, dan semacamnya yang bisa dipilih. Ingin menjadi ekonom, banyak tersedia pilihan kesempatan menjadi mahasiswa jurusan akutansi, manajemen, atau studi pembangunan. Ingin menjadi Pak Hakim dan Pak jaksa, jurusan hukum adalah caranya. Dan begitu seterusnya. Mulai cari informasi latar belakang keilmuan yang banyak dicari perusahaan-perusahaan. Konsekuensinya, akan ada banyak jutaan bahkan, lulusan sarjana dengan minat yang sama sebagai rasio persaingan memperoleh pekerjaan. Namun, untuk tipe yang memang ingin memahami aspek keilmuan berdasarkan faktor minat, pilih saja apa yang ingin dipelajari. Kebetulan ketika itu yang ada dipikiran saya hanyalah penasaran kenapa ada macet, gedung-gedung bertingkat, penggusuran rumah warga, dan kenapa mall jauh dari rumah saya? Hehehe. Kalau kalian memiliki motivasi tipe kedua, pilih saja jurusan yang bisa membuat rasa penasaran kalian terjawab. Konsekuensi, ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak banyak, mau tidak mau pada akhirnya nanti memang kita harus dihadapkan pada pilihan pekerjaan. Pertanyaan sederhana tapi bisa membuat kepala cenat-cenut.

GALI INFORMASI SEBANYAK MUNGKIN. Kalian cukup beruntung dengan segala ketersediaan informasi melalui internet saat ini. Ketika saya memilih jurusan PWK, masih belum ada informasi yang mudah bisa saya baca. Beruntung karena bertemu alumni kakak kelas yang sedang ‘main’ ke sekolah dan sempat berbincang. Dari beliau-lah saya tahu kalau memang ada jurusan sesuai dengan rasa penasaran saya sebelumnya. Dan sejak pertemuan itu, segala macam usaha mulai saya persiapkan untuk mengarah kesana. Sayangnya, kampus di Indonesia belum seperti kampus di luar negeri yang memang menyediakan waktu khusus bagi calon mahasiswa untuk mengikut campus tour. Kegiatan campus tour umumnya dilaksanakan pada hari tertentu secara berkala yang mengajak calon mahasiswa melihat kondisi kampus, kemudahan, budaya, dan kebiasaan kehidupan kampus. Cara ini sebenarnya efektif bagi kampus-kampus menunjukkan apa yang mereka miliki sekaligus sebagai sarana yang memudahkan bagi calon mahasiswa untuk semakin memahami apa yang mereka pilih nantinya. Jadi, kumpulkan informasi sebanyak mungkin. Coba cari milis atau forum diskusi di jejaring sosial atau situs web kampus untuk bertanya. Kalau perlu, lakukan interaksi pribadi dengan narasumber mengenai pengalaman atau pertimbangan-pertimbangan yang bisa diberikan, dan datangi. Akan ada banyak informasi yang muncul dan kadang kala tidak terpikir oleh kita, umumnya mengenai kehidupan sosial lingkungan disekitar kampus. Informasi ini pasti berguna untuk mereka yang memang memilih kampus di kota lain. Meski saya tidak terlalu berinteraksi dengan orang-orang pendahulu yang memilih kampus saya tercinta, Universitas Brawijaya, tapi akibat keisengan papa mengajak saya berkunjung ke kampus Brawijaya pada suatu hari hanya untuk melihat gedung perkuliahan dan mengamati sejenak mengenai Kota Malang, cukup membuat saya semakin mantab memilih kampus dan segala hal yang ada disekitarnya. Thank’s, Pap!!

DENGARKAN, TAMPUNG, PILAH, LALU PILIH. Informasi boleh banyak, tapi jangan terpengaruh. Sekali lagi penyakit bagi para calon mahasiswa adalah mudah terpengaruh oleh opini kebanyakan. Mulai dari kemudahan ketersediaan lapangan pekerjaan, berat atau tidaknya bobot keilmuan, hingga image. Paling susah memang opini mengenai image suatu jurusan. Ada kalanya suatu jurusan akan dipandang sebagai sebuah kemewahan dan persepsi mengenai kepintaran seseorang. Sekali lagi, semua kembali pada motivasi awal kalian untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Niat awal mendasari setiap langkah yang akan kalian ambil nantinya, itu yang disebut memilah. Ketika pilihan semakin menciut, mulai tentukan beberapa pilihan (white list). Tiga, lima, sepuluh, atau berapapun yang pasti tetapkan itu sebagai batas kalian. Dan sejak penetapan tersebut, hentikan untuk mencari informasi diluar pilihan-pilihan yang telah masuk dalam white list kalian.

TETAPKAN HATI, BERHARAPLAH SETINGGI MUNGKIN, DAN LAKUKAN SESUATU. Hari penentuan semakin dekat, untuk setiap pilihan yang terjadi, tetapkan hati. Tidak ada lagi kata ragu. Berdoa barangkali akan jadi saran ‘basi’ bagi setiap orang, namun berdoa sudah menjadi kodrat manusia untuk menaruh harapan setinggi mungkin. Kalau kata Ustadz segalanya diatur Tuhan, tapi saya yakin Tuhan juga butuh kepastian akan keinginan kita. Restu Tuhan restu orang tua. Semakin yakin dengan pilihan kita, semakin yakin pula kedua orang tua dalam mendoakan. Pada titik itulah yang dinamakan Tuhan semakin 'yakin’ dengan apa yang akan kita lakukan untuk mengubah nasib kita. Di agama saya, Islam, sebuah ayat mengatakan, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika mereka tidak mengubahnya sendiri”. Sambil berdoa, lalu lakukan sesuatu. Banyak alternatif cara yang sekarang tersedia untuk masuk perguruan tinggi pilihan. Sebut saja jalur prestasi, ujian masuk khusus yang diselenggarakan beberapa PTN, dan beasiswa, yang umumnya dilaksanakan lebih awal dari jadwal ujian SNMPTN. Mulai mengikuti ujian try out yang selama sebulan terakhir menjelang tes SPMB/SNMPTN pasti akan banyak diselenggarakan oleh berbagai vendor/lembaga pendidikan. Kesempatan itu bisa dijadikan sebagai uji coba jurusan yang kita pilih. Meski ketika itu saya selalu dinyatakan gagal di setiap try out yang saya ikuti, tidak perlu putus asa. Segala sesuatu harus datang dari hati (ikhlas namun tetap ikhtiar). Meski berat, ketika kita ikhlas tidak pernah ada kata menyerah. Trust me.

STRATEGI, STRATEGI, STRATEGI. Sedikit banyak strategi memang diperlukan. Pilihan jurusan di Indonesia umumnya 2 – 3 jurusan. Dan peletakkan pilihan pertama, kedua, atau ketiga memang masih jadi moment of confusedness yang dilematis. Satu yang pasti, pilihan pertama adalah jurusan dengan passing grade (PG) tertinggi diantara dua atau tiga pilihan yang lain. Menentukan rasio kelolosan sebuah pilihan jurusan, susah-susah gampang. Pada umumnya pada formulir pendaftaran SNMPTN tercantum PG tahun sebelumnya setiap jurusan. PG mencantumkan nama jurusan dan universitas, kemudian jumlah peminat dan kursi yang tersedia (daya tampung) pada universitas terkait. Cara paling mudah untuk memperkirakan rasio kemungkinan atau kesempatan bagi kita adalah membandingkan antara jumlah peminat dengan daya timpung. Misal …

Nama Universitas

Fakultas/Jurusan

Daya Tampung

Peminat Tahun lalu

Universitas A Fakultas A Jurusan A

100

500

Maka, dengan informasi tahun lalu, dengan memilih jurusan A pada Universitas A bisa diperkirakan kita memiliki rasio 1 : 5. Singkatnya, ada 5 orang yang harus kita ‘kalahkan’ agar kita bisa diterima pada jurusan yang kita inginkan. Semakin jauh perbandingan/rasio, misal 1 : 100, berarti semakin banyak pula pesaing kita. Ketika ini terjadi, maka itulah yang biasa disebut ‘PG tinggi’. Tetapkan pilihan pertama untuk jurusan dengan PG tinggi, dan seterusnya. Saya kurang paham apakah cara ini valid atau tidak, yang jelas ini cara saya mengukur kemampuan saya. Tentunya pertimbangan tersebut mengasumsikan pertambahan jumlah peminat tahun ini tidak begitu banyak dan sadar dengan kemampuan diri. Sadar diri berbeda dengan rendah diri. Kalau memang yakin bisa, tidak ada salahnya memilih jurusan dengan PG tinggi. Yang pasti, usahakan jurusan yang kita pilih bukan termasuk dalam PG tinggi seluruhnya. Usahakan ada pilihan PG sedang dan rendah yang bisa kita taklukan.

Strategi lain yang bisa dilakukan adalah mencari universitas yang baru membuka atau mengadakan jurusan tertentu. Sebagai jurusan baru sudah bisa dipastikan akan membuka kesempatan seluas mungkin untuk calon mahasiswa. Tapi tentu juga harus dipertimbangkan kesiapan kampus dalam menyediakan fasilitas perkuliahan. Bukan tidak mungkin sebagai jurusan baru fasilitas yang tersedia juga serba terbatas. Sekali lagi itu semua kembali pada kebijaksanaan masing-masing kalian. Setelah menetapkan pilihan, langkah yang terakhir yang bisa kita lakukan adalah bertempur di medan perang. Hehehe. Berusaha semaksimal yang bisa dilakukan. Halal yah … Tidak perlu menggunakan jasa joki atau apapun. Percaya pada kemampuan kalian dan lakukan dengan santai.

Oya … saya jadi teringat satu lagi strategi yang saya pilih untuk mengisi jawaban pertanyaan ujian SNMPTN kala itu. Entah bisa menjadi pilihan bagi kalian atau tidak, karena menurut informasi Di ketentuan ujian SNMPTN sekarang berbeda. Jaman saya dulu prinsip utama ketika ujian adalah menjawab pertanyaan yang benar-benar kita yakin pasti, karena untuk setiap pertanyaan salah akan menyebabkan nilai minus ( –1). Ketimbang minus lebih baik dikosongkan alias nilai nol ( 0 ). Ujian SNMPTN dibagi kedalam tiga bagian, kemampuan dasar (mencakup pelajaran kelas 1 hingga 3 SMU), kemampuan IPA/IPS (mencakup pelajaran pendalaman latar belakang pilihan spesifikasi jurusan sekolah), dan kemampuan IPA/IPS terpadu (mencakup pengetahuan umum terkait pilihan spesifikasi jurusan sekolah). Untuk ukuran anak IPA dengan otak pas-pas an, saya justru tidak mengandalkan kemampuan IPA saya, melainkan maksimal pada ujian kemampuan dasar. Kenapa begitu? Mengingat beberapa waktu sebelumnya melaksanakan UAN yang juga mencakup pelajaran mulai kelas 1 hingga 3. Jadi pasti masih melekat diingatan kisi-kisi pertanyaan yang akan muncul, meski tidak persis sama. Dan sekali lagi, kemampuan IPA saya memang dibawah rata-rata, jadi saya tidak berani terlalu mengandalkan ujian kemampuan IPA. Hanya beberapa pertanyaan yang saya yakin bisa terjawab dengan benar, terisi. Lain orang lain strategi. Jadi pilih dan tetapkan strategi yang bisa kalian jalankan. Kalau memang justru sebaliknya, lakukan itu. Mengingat informasi yang saya peroleh dari Di, mengenai ketentuan pengisian jawaban yang harus terisi semua … mmm … saya cuma bisa berkata, semangatttt!!!!!!! Hihihihi … Entah benar atau tidak info tersebut, tapi kok rasanya semakin membuat tegang yah? Saya tidak bisa mengatakan itu adil atau tidak mengingat saya belum mendapat informasi dan alasan yang melatar belakangi ketentuan tersebut.

Last but not least, BERDOA, BERDOA, DAN BERDOA. Segala usaha sudah dilakukan, sisanya … may God do the rest. Sebuah kepercayaan yang selalu muncul hingga sekarang mengenai ujian masuk PTN ini adalah Faktor X. Tidak ada yang bisa menentukan setiap yang bisa diterima atau lolos ujian masuk PTN. Ada kalanya siswa yang dulunya terkenal berotak encer, lalu mendadak tidak diterima. Dan sebaliknya. Untuk yang satu ini saya tidak punya saran atau cara bagaiman menjadikan FAKTOR X ini bisa berfungsi maksimal. Mengenai kelolosan saya diterima pada kampus pilihan, saya yakini sebagai sebuah keberuntungan atas setiap doa yang diijabah (baca: direstui) oleh Tuhan di setiap usaha yang saya lakukan. Tapi kalaupun kegagalan yang terjadi (ketok meja tiga kali!!!), tidak berarti doa dan usaha kita tidak mendapat restu-Nya. Yakin pada setiap rencana Tuhan yang serba misterius, restu Tuhan bisa diperoleh dimanapun. Jangan menyerah dan sekali lagi … to the max ya???

Ujian SNMPTN tahun ini dilaksanakan selasa, 31 Mei 2011. Itu berarti minggu depan??!!! Huaaa … jadi ikut deg-deg an. Semoga tulisan ini bisa jadi pencerahan adik-adik diluar sana yang masih bingung memilih jurusan di sisa waktu yang ada. Semangattttt!!!!!

To my dearest Di …

Sukses yah sayang … . Jangan lupa bismillah, zikir yang banyak, yakin sama pilihan yang dibuat, berjuang, it’s just a beginning, to the max, percaya sama setiap usaha yang sudah dijalankan, let Allah do the rest.

Puasa twitter seminggu ini!!!!!!

Believe in you.

Fingers crossed

~ your beloved aunty ~

1 komentar:

Dear Rika & friends ...