Tergelitik setiap dengar banyak pihak berkomentar tentang seberapa pentingnya Ujian Nasional atau yang biasa disingkat UN atau Unas. Saya sendiri kurang paham apa atau siapa yang mencetus ide untuk menghilangkan ujian nasional yang sudah sejak dari jaman kapan tahu sudah ada. Mulai dari munculnya opini bagaimana tidak adilnya sistem penilaiannya, tidak adil bagi setiap pelajar karena pendidikan selama tiga tahun sebelumnya hanya bisa dikatakan sukses ketika ujian selama sehari itu berhasil, betapa tidak adilnya ketika hasil ujian berbeda pada individu yang sebenarnya terkenal pintar tapi menjadi individu 'gagal' karena skor yang didapat dibawah nilai standar. Dan alasan lain sebagainya. Hanya satu yang mau saya bilang kepada adik-adik pelajar diluar sana,"LU PIKIR HIDUP TUH GAMPANG???!!!!!!"
Saya tidak bermaksud menggampangkan apapun itu bentuk ujian yang menentukan kelulusan kalian. Karena saya pernah melewati itu semua. Perjuangan memang tidak akan pernah mudah dan singkat. Kalau Pangeran Diponegoro atau Tuanku Imam Bonjol masih hidup, boleh tanya ke mereka bagaimana perjuangan mereka untuk Indonesia. Try to pictured it on our mind, perjuangan mereka tidak hanya melulu tentang darah dan fisik untuk berperang tapi juga berjuang meninggalkan keluarga, istri, anak keturunan, dan yang terpenting melepaskan segala kenyamanan dunia kala itu hanya demi sesuatu yang disebut kemerdekaan. Tapi saya paham, tidak adil juga rasanya membandingkan kita dengan para pahlawan terhormat itu, berbeda konteks.
Saya termasuk orang yang mendukung adanya ujian nasional. Saya semakin tidak mengerti apa yang ada dipikiran adik-adik sekalian kenapa ujian nasional menjadi momok? Sebut saya konservatif atau apapun tapi seingat saya, jaman saya SD, SMP, dan SMU semua tahapan penilaian layak atau tidak layaknya kita lulus tidak pernah menjadi sebegini menakutkan. Dan rasanya teman-teman, kakak saya, dan pelajar-pelajar kala itu rata-rata siap dengan apapun bentuk ujiannya. Entah juga barangkali ada yang tidak sependapat dengan saya. Dan alhamdulillahnya, semua lulus!! Kalaupun ada yang tidak lulus itu karena memang track record kehadiran atau perilaku yang 'absurd' sebagai pelajar di sekolah. Kalau kalian bilang jaman saya lebih mudah, try this ... Jaman angkatan saya dulu terkenal sebagai angkatan nanggung, karena di setiap jenjang pendidikan angkatan kami selalu pas atau bertepatan dengan pergantian kurikulum. Hello!!!!!! Bayangkan itu, KURIKULUM, yang berarti berbeda secara materi, penilaian, dan bertambahnya beban mata pelajaran. Itu terjadi sejak jenjang SD yang notabene membuat mama atau orang tua kala itu ikut kebingungan dan jadi ikut belajar ulang apa yg jadi makanan sehari-hari kita. Begitu seterusnya hingga jenjang SMU. Yang semula ujian praktek hanya terkait mata pelajaran olahraga dan kesenian, mendadak mata pelajaran sains juga dipraktekkan. Seumur-umur pelajaran biologi, fisika, dan kimia cuma modal literatur buku harus bisa dipraktekkan dalam waktu yang singkat. Setiap sekolah berbenah apapun caranya agar setiap siswa terbiasa dengan laboraturium dan lebih aktif 'bergerak'. Dan ... Yess ... Semua keribetan itu hanya diukur dengan ujian sehari yang memang bikin senewen semua pihak. Kalau kalian berpikir hanya kalian yang diberatkan dengan adanya ujian nasional, mungkin kalian harus mengubah pikiran itu. Karena lulus atau tidaknya kalian, bapak ibu guru, dewan sekolah, kepala sekolah, juga ikut bingung. Kalian 100% lulus mereka pihak sekolah akan tetap diukur seberapa suksesnya mereka menyelenggarakan pendidikan. Apalagi tidak lulus. 0,00001% saja yang tidak lulus kiamat juga untuk mereka karena ada indikasi ketidak beresan dalam mendidik.
Kalau kata Ashton Kutcher di salah satu acara di MTV, you've got punk'ed!!!!! Got punk'ed by life. Dikerjain sama hidup. Seakan-akan nasib kalian dipermainkan. Bagaimana tidak, bukan tidak mungkin salah satu dari kalian yang sehari-hari terkenal pintar harus bernasib buruk dengan hasil ujian nasional yang 360 derajat berbalik. Tapi paham tidak kalian kalau diluar sana hidup kalian nanti akan penuh dengan judgement yang terkadang terasa begitu tidak adil? Bahkan, tanpa adanya ukuran yang jelas mana yang lebih baik atau sebaliknya. Bandingkan dengan ukuran penilaian ujian nasional yang jauh lebih eksak atau pasti. Fase yang harus kalian lalui sebagai seorang pelajar jauh lebih 'mudah' jika dibandingkan apa yang akan terjadi pada fase setelahnya (trustu me). Karena, sekali lagi, pada dunia yang lebih luas kalian tetap akan ada penilaian-penilaian yang melibatkan permainan nasib yang jauh lebih kejam. Soon or later, kalian akan menemui UMPTN/SPMB/SNMPTN perguruan tinggi dimana lagi-lagi menggantung nasib kalian. Setelah itu akan ada ujian/sidang skripsi sebagai akhir pembuktian kalian sebagai intelektual muda dan agen perubahan jaman, bahkan disitulah penilaian sebenarnya kalian sebagai manusia dewasa diukur. Tapi itu saja tidak cukup. Untuk mendapat sesuap nasi, segenggam berlian, atau apapun tujuan kalian bermata pencaharian, lagi-lagi ujian penilaian diperlukan untuk menentukan the right man in the right place. Hidup itu 'dipermainkan' untuk mendidik kita menjadi pribadi yang tangguh.
Diluar segala kontroversi tentang materi ujian nasional yang disamakan bagi daerah di Indonesia yang tidak bisa dipungkiri memang masih memiliki taraf yang berbeda, khususnya wilayah timur Indonesia, kenapa tidak kalian jadikan saja ini sebagai ajang pembuktian dalam hidup kalian untuk jadi pribadi yang tangguh? Lakukan apapun yang bisa dilakukan untuk mencapai keberhasilan ujian nasional kalian. Kalau facebook, twitter, playstation, atau game online terlalu banyak menyita waktu kalian, saya mau bilang sesuatu, jaman dulu semua social media itu tidak ada. Dan kami masih bisa hidup. Waktu kami banyak tersita untuk mendapat les tambahan, belajar bersama, atau yang lain. Terasa berat, pasti. Tapi tidak sebanding dengan hasil yang bisa kalian capai.
Percaya diri, belajar, dan berdoa. Hanya itu kunci sukses ujian nasional kalian. Stres? Memang harus stres. Panik? Ketika paham bagaimana harus berpasrah kepada Tuhan setelah berusaha, itu yang disebut percaya diri. Sekali lagi, Rome ain't build in 3 days.
Good luck buat adik-adik pelajar dimanapun kalian berada!! Sukses ujian nasionalnya. Jangan lupa minta restu kedua orang tua sebelum berangkat. Lakukan fase ini bagi mereka-mereka yang mendoakanmu, melainkan melulu untuk diri sendiri.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
aQ ga habis pikir knapa mpe ada isu UAN mo dihapuskan? itu kan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan Qta..
BalasHapusTes, Ujian, apapun namanya itu wajarlah.. selama sekolah, 3 bulan waktu Qta belajar buat nyiapin ujian tengah semester, bgitu juga 6 bulan belajar buat nyiapin ujian akhir semester.. wajar kan?
trus apa yang salah dengan UAN? itu kan tes apa yang Qta plajari slama 3 tahun..
itu lah yog ... suka heran juga kenapa mereka ngotot banget buat dihapuskan?? padahal itu ajang pemuda2 indonesia untuk berkompetisi.
BalasHapusyang bikin serem itu bukannya justru orang2 disekitar anak2 itu yah? seakan dibuat kalau ga lulus itu mau2 mati gimana gitu. dulu aku ga gitu jadi ya semua serba biasa saja. dan sukses 100% ...