5 Apr 2011

Knocked knocked on heaven's door

Tidak mengerti.

Sudah setua ini (I'm 26 years old) dan saya masih belum paham apa sebenarnya yg Tuhan mau. Model sabar yang harus seperti apa yang sekiranya memang diperlukan. It's all about the job thing, saudara saudara sekalian.

Bosen mungkin yah yang beberapa dari kalian kalau baca tulisan saya yang cuma sekedar curhatan,instead of memberi sebuah informasi yang bermanfaat bagi komunitas. Mohon maaf sebelumnya kalau blog saya (kami) memang hanya untuk 'diary' curhatan sehari-hari saya (kami) the single ladies yang membutuhkan 'other space'. Kali ini yang merisaukan saya adalah ... Happy 1st anniversary as a job seeker, Rika!!!! Kalau ibarat anak balita,usia setahun malah jadi usia lucu-lucunya. Kalau bagi saya (kami) para pencari kerja justru jadi alarm alert betapa 'bengong' or 'nganggur'nya kita. Dan pembicaraan mengenai betapa nggak enaknya menganggur semakin terusik dengan beberapa kejadian terkait belakangan yang begitu (bahkan sangat) mengusik, menggelitik, dan want to shout out them mengatakan "Lu pikir cari kerja gampang??".

The Job Fair. Kira-kira 2 minggu yang lalu hidup kembali terburu-buru seperti biasa ketika ada event job fair sebelum-sebelumnya. Bersama beberapa teman ke event tersebut dan sebagai sesama para pencari kerja saya cukup senang karena satu dengan yang lain menjadi saling support dan semakin akrab dengan bertukar info mengenai pengalaman tes, interview masing-masing. Dan selama beberapa jam berada didalam event job fair pun menjadi tidak terasa. Semua macam lowongan yang terbuka kami coba bersama. Tidak ada kata menyerah. Mulai dari posisi (hanya) administrasi hingga posisi (mentereng) officer kami coba bersama. Betapa senang karena saya tidak sendiri. Lalu, kesenangan tersebut berakhir karena pertanyaan dari si kakak tentang event tersebut. Dan mengerutkan dahi atas pertanyaannya yang saya anggap bertolak belakang dengan apa yang perna dia katakan sebelumnya. Begini kata sang kakak,"Ahh kalau pekerjaan clerical jangan mau adek, so gender sekali itu,". Dan sebelumnya suatu waktu dia pernah berkata,"adek belum waktunya untuk memilih pekerjaan,nanti memilihnya kalau sudah pernah terjun ke sesuatu posisi,". Mmmm .... Tolong benarkan saya kalau saya beranggapan ada yang tidak konsisten dari kata-kata beliau yang tercinta. Atau memang itu yang sesungguhnya harus saya pertimbangkan? Sedang pada masa tidak bisa memilih berarti ketika ada kesempatan tidak diambil juga?

Kejadian kedua, lagi-lagi tentang konsistensi berpikir seseorang. Kali ini datang dari sang besties. Sahabat tercinta yang sedang menempuh sekolah S2-nya di kota seberang. Karena beberapa saat sebelumnya dia mengatakan agar membagi info pekerjaan jikalau ada sekiranya disekitaran surabaya dan jawa timur. Dan sesama pencari kerja beberapa info memang saya bagi dengannya. Hingga pada akhirnya (kemarin) saya memberi info lowongan pekerjaan pada posisi (lagi) administrasi sebuah universitas swasta di jawa timur. Sama seperti jawaban sang kakak sebelumnya yang mengatakan,"Mau ku kemanakan gelar S2 ku, Rika? Sayang kalau cuma admin,". Well, besties, with do all my respect, I didn't ask you to find a work near home, but you did. Sesuai prinsip agama yang saya anut, cukup menyampaikan saja sudah lunas amanah saya, selanjutnya terserah anda. Tapi barangkali semakin tinggi pendidikan seseorang semakin picky juga dalam memilih sesuatu, memang sudah begitu adanya dan seharusnya. Kebayang juga siy tanggapan lingkungan yang pasti akan punya stigma,"S2 kok cuma admin?". Itu alasan kenapa saya selalu beropini, semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya bukan lagi soal materi yang menjadi tujuan utama mereka, sekedar untuk naik pangkat atau gaji tinggi. Tapi bisa memberikan sesuatu dari segi keilmuan dan give back to community, menjadi idealist sejati.

Kejadian ketiga berbalik 360 derajat dari kedua opini sebelumnya. Sebuah chit chat antara saya dan erna (she is contributor also in this blog) beberapa waktu yang lalu. Dan saya paham sekali pekerjaannya yang memang 'hanya' sebagai class coordinator (cc) di salah satu lembaga kursus bahasa di surabaya (ehhh bener ngga, na, posisinya?) Dan sekarang pindah ke divisi (semacam) marketing di tempat yang sama. Dia barangkali satu-satunya orang yang mensupport saya dan cukup konsisten beropini soal pekerjaan. She's not picky. Tapi bisa membuktikan dia mampu, capable, dan pantas untuk berada posisi yang lebih tinggi tanpa harus merasa 'rendah' dengan posisi sebelumnya yang barangkali dianggap remeh bagi sebagian orang. Dan mensupport saya sekali dengan apapun posisi yang memang tersedia. Bob sadino pun tidak langsung menjadi Om Bob yang sekarang tanpa memulai dari pekerjaan 'remeh'.

Semata-mata tidak hendak untuk meremehkan pekerjaan administrasi yang saya sendiri beberapa kali melamar pada posisi tersebut, meskipun pada akhirnya belum satu pun yang memanggil saya. Ini hanya sebuah ungkapan kegelisahan saya mengenai opini beberapa orang yang sama. Meski pada akhirnya kita tidak pernah tahu kemana nasib akan membawa kita. Yang jelas saya takut kalau Tuhan akan 'mengutuk' saya sebagai seseorang yang picky karena tidak mau mencoba semua peluang yang disediakanNya. Saya sedang mencoba untuk tidak memilih (seperti yg dibilang sebelumnya). Dan saya tidak takut oleh anggapan manusia lain yang memilih jalan sesuai kebijaksanaan masing-masing lalu menganggap jalan hidup yang lain menjadi 'hanya' dimata mereka. Mereka juga (mungkin) tidak lebih baik dari saya. Tidak mau terlalu menghakimi diri saya dan mereka lebih lanjut. Saya meyakini itu. Believe into Allah Swt.

(Dan sedang berusaha mengetuk 'pintu' Tuhan untuk menunjukkan jalan saya dan semata-mata mengharap restuNya apapun itu jalannya. Amin)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

2 komentar:

  1. rika...aku menemukan blogmu..
    insyaAllah aku akan jadi penggemar setia..
    i love the way you share..

    BalasHapus
  2. alhamdulillah ...
    tenkyu reka!!! kinda merindumu lama kita tak bersua ... apa kabarnya?

    BalasHapus

Dear Rika & friends ...