Kebiasaan buruk tengah malam, kebangun karena suara tv yang lupa ngga di-timer atau dimatiin. Dan tambah jadi melek pas lihat ada film bagus. nope!! tidak akan bahas film yang sedang diputar di televisi sekarang, melainkan sebuah film yang sejak beberapa saat lalu pengen banget nulis sedikit review.
BURIED. Alias dikubur. Pertama kali memutuskan nonton film ini secara ngga sengaja dan serba bertanya-tanya, mengingat yang main Ryan Reynolds yang bisa saya bilang jagonya film komedi romantis ala Hollywood yang bikin cewe-cewe bilang,”Ooohh … so sweet!!!”. Kalau lupa siapa itu Ryan Reynolds, beberapa deretan film yang bisa saya sebutkan semoga bisa menyegarkan ingatan anda :
- The Proposals, diperankan bersama Sandra Bullock
- Definitely Maybe
- Wolverine, jadi salah satu mutan juga kalau saya tidak lupa
dan beberapa film lain yang silahkan di-googled sendiri .
Kalau lihat dari list film-film yang diperankan Ryan Reynolds jelas yang paling megang adalah ketiga film diatas yang saya sebutkan. Paling tidak menurut versi saya, karena ketika saya googled list film yang pernah dimainkan tidak banyak yang saya tahu. Wajar saja ketika saya mengantri tiket film Buried sambil browsed tentang review film ini. Dan sambil terus mengharap semoga film ini worth ditonton di hari weekend yang seperti kita tahu tiket XXI lumayan mahal, cuy!!!
Bayangan akan kebosanan film ini kebayang pas tahu sinopsis singkat film yang menceritakan tentang bagaimana usaha Paul Conroy (Ryan Reynolds) yang tiba-tiba kebangun didalam peti mati tanpa tahu penyebabnya. Kekhawatiran kebosanan adalah soal tentang usaha-usaha yang pasti akan melibatkan beberapa tokoh lain yang barangkali akan mudah ditebak dan peran Paul Conroy yang stagnan didalam peti mati itu saja. Tapi ternyata saya salah. Barangkali film ini satu-satunya film komersil Hollywood yang ditampilkan secara ‘monolog’, kalau saya boleh menyebutnya demikian. Usut punya usut di beberapa berita yang saya baca, film ini memang berangkat dari budget minim tapi punya cerita bagus. Jadi bisa dipastikan kita tidak akan disuguhkan dengan tampilan gambar-gambar seru menegangkan ala Amerika seperti biasanya. Yang ada hanya gambaran sesungguhnya kalau kita ada didalam peti mati yang hanya didukung dengan korek api, dan itu terjadi di sepanjang film. Dan satu-satunya sosok yang tergambar jelas hanya Paul, sementara tokoh lain hanya suara. Semacam monolog yah …
Cerita berawal dari Paul yang terbangun tiba-tiba didalam peti mati yang terkubur disuatu tempat yang ia sendiri tidak ketahui. Yang jelas Paul terkubur bersama sebuah tas yang berisi beberapa benda, korek api, dan blackberry. Paul sendiri adalah hanya seorang supir truk pekerjaan tambang di salah satu negara Timur Tengah dan terakhir hal yang ia ingat adalah truk-truk tambang yang ia bawa dengan beberapa kawan yang lain diserang oleh kelompok perampok dan setelah itu Paul terpisah dari kawan-kawannya lalu pingsan. Cerita semakin menegangkan dengan berbagai macam usaha Paul untuk melepaskan diri dari peti mati itu, tentunya tidak banyak yang bisa dilakukan selain usaha telepon sana sini, mulai dari telepon istri, kawan, kantor, FBI, sampai pihak-pihak lain. Ketegangan semakin terasa ketika sang penyandera mulai menelepon Paul untuk meminta tebusan ke pihak-pihak terkait sejumlah uang dalam batas waktu tertentu. Lagi-lagi kita tidak akan disuguhkan aksi tembak-tembakan atau semacamnya, karena semua usaha yang dilakukan hanya dilakukan melalui blackberry. Selebihnya, adalah usaha Paul untuk bertahan selama mungkin didalam peti dengan beberapa benda yang sengaja ditinggalkan oleh penyandera.
Seandainya bisa saya rate, film ini bisa saya bilang ++++ dari +++++. Kenapa cuma empat? Karena tidak ada yang sempurna, dan ada bagian atau scene film yang agak sedikit blank dan sempet bikin saya meleng atau mengalihkan perhatian. Mungkin karena durasi scene Paul mati-matian bertahan hidup yang kelamaan agak sedikit bikin saya bosan. Berbeda pada scene-scene awal yang ada kalanya Paul istirahat untuk sekedar tidur atau menghemat korek api dan baterai blackberry. Tapi diluar itu semua, ketegangan setiap usaha Paul untuk bertahan dan melepaskan diri dari peti itu cukup saya acungi jempol. Because unpredictable.
Film ini bisa saya bilang adalah tipe film yang memang ‘mempermainkan’ imajinasi dan logika yang menonton. Bahkan akhir cerita dibuat sedikit menggantung yang saya sendiri tidak bisa mengatakan yang pasti. Sekali lagi tergantung imajinasi dan logika kita saja bagaimana akan mengartikannya. Dan satu lagi … film ini juga adalah tipe film yang hanya bisa dilihat sekali. Kalau nonton kedua kali jelas akan hilang sensasi ketegangan dan penasaran ‘what’s next’ – nya. Barangkali sedikit ketinggalan saya nulis review ini, karena saya pasti akan menyarankan tontonlah film ini di bioskop. Tapi tidak apa-apa bagi yang tidak sempat atau ketinggalan. Sewa VCD atau DVD juga tetap seru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dear Rika & friends ...