11 Sep 2011

FROM SUB WITH LOVE …

It’s been a long days yah … many things happened, folks!! Mulai dari perjalanan ‘dinas’ ritual setiap ada proyek sampai dengan kabar terakhir tentang dimana saya sekarang berada. A whole new different world yet the best but better. Nah lo … kayak apa itu maksudnya??  First of all, welcome Banjarmasin!! Atau Benji, begitu sebutan saya untuk kota kecil ini. Bagian dari Propinsi Kalimantan Selatan, bagi yang tidak tahu apa beda propinsi dan kota belajar lagi geografi yahh … , salah satu kota penghasil batubara di Indonesia dan salah satu kota dengan kultur keagamaan lumayan kuat. Kenapa Benji, Rika? Karena untuk sementara hanya Benji yang memanggilku, itu yang selalu saya jawab ketika setiap orang kaget mendengar saya berpamitan pertama kali. Terutama keluarga terdekat, om, tante, sepupu, dan para sahabat. Benji terhitung ‘jauh’ dari Surabaya, kota tercinta. Jauh menurut ukuran memang iya, tapi secara transportasi sebenarnya cukup dekat. Banyak maskapai yang menyediakan rute penerbangan Surabaya-Banjarmasin maupun sebaliknya.

Sedikit cerita perjalanan selama beberapa bulan terakhir yang lumayan seru, dan diawali Benji sebagai pilihan (dan kemudian dipilih olehnya hihihihi), tidak begitu saja semua keputusan diambil untuk Benji. Perjalanan dimulai dengan survey Bekasi tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) disana. Seminggu merasakan hidup di Jakarta, big city, dan dengan segala ke-hectic-an khas rutinitas ibukota. Puas sejenak menghirup udara Jakarta, keseruan hidup sebagai planner berlanjut ke Benji. Kali ini panggilan tes pekerjaan salah satu BUMN, rutinitas saya sebagai pencari kerja, membuat saya bertekad bulat merubuhkan segala ketakutan akan ‘dunia luar’ yang selalu menjadi momok setiap orang atau saya khususnya. Hidup di luar Pulau Jawa sama dengan hidup di hutan, itu kata kebanyakan orang. To be honest, siapa yang pernah berpikiran yang sama?? I bet most of you would think the same. Tekad baja ‘menjajah’ tanah di luar Jawa muncul ketika melihat pengumuman lowongan BUMN tersebut yang memang mencari pegawai untuk wilayah Indonesia timur. Sebelumnya tidak pernah terpikir Benji, Balikpapan, Makasar, atau kota lain di bagian timur Indonesia. Semuanya kembali pada mimpi awal semaca kecil yang memang selalu terobsesi dengan rentetan pengalaman hidup keliling Indonesia. Well … kalau ada yang keberatan saya , maka salahkan Papa saya karena memberi gambaran awal bagaimana serunya bisa keliling Indonesia. Yup … my Dad had reached Sabang to Merauke, eh engga dink, tapi lumayan lah bisa keliling ke beberapa pulau di Indonesia. Hihihihi. Pemikiran konyol selanjutnya adalah harus ada yang meneruskan genetik yang satu itu. Karena yang pasti tidak mungkin si kakak yang sudah cukup nyaman dan berakar di Jakarta. Dikuatkan dengan cita-cita awal dan bayangan itu, akhirnya … SUB – BDJ, begitu kata tiket pesawat yang saya pegang di awal bulan Juli tersebut pun terlampaui.

Sekali lagi, kenapa Benji, karena pertimbangan keberadaan si sohib partner edan semasa kuliah, Kiki, yang berdomisili disana, karena pilihan lokasi tes lain benar-benar asing bagi saya. Dan dengan humble-nya Kiki beserta keluarga menerima saya dengan tangan terbuka. Thank’s Lord to have her!! Smooch Kiki!!!! Send a kissSeminggu hidup di Benji hanya untuk mengikuti rangkaian tes masuk perusahaan tersebut, menjadi anak ketujuh dan ‘adik’ bagi Kiki sekeluarga (hehehe…atau saya yang ke-ge er-an yah) lumayan membuat saya mulai nyaman dengan kota ini. Meski dengan segala keterbatasannya dengan sempat mati lampu ditengah-tengah keseruan kami hangout di satu-satunya mall yang ada di Benji, dalam hati dan sempat berkata ke Kiki kalau I can live here. Barangkali benar kata orang, kalau kata itu doa, wellhere I am now, meski seminggu kemudian ketika kembali ke kota tercinta Surabaya harus kembali melapangkan hati seluas 10x lapangan bola dan sekali lagi mendengar kegagalan karena ditolak (untuk keseribu kalinya) oleh perusahaan tersebut. Hehehe.

Minggu ketiga setelah keseruan Benji dan Surabaya, penggilan berikutnya adalah Makasar!!!! Huehehehe … seandainya perjalanan antar kota didalam negeri ada semacam passport, barangkali bolehlah saya membanggakan stempel setiap kota yang pernah saya kunjungi hehehe. Tawaran pekerjaan dari rekan-rekan sejawat (jiah!!!) yang cukup menggiurkan membuat saya sekali lagi nekad mengambil pekerjaan tersebut, meski untuk selanjutnya memang tidak bisa saya selesaikan. Kenapa menggiurkan, karena godaan perjalanan survey yang harus kami lakukan di 4 kota besar di Indonesia. Surabaya-Jakarta-Medan-Makasar. Hihihihihi … Untuk menghemat biaya dan tuntutan keterbatasan waktu menyelesaikan survey sebelum bulan puasa, membuat saya hanya mendapat bagian menyelesaikan survey untuk Kota Surabaya dan Makasar. Tidak banyak cerita untuk survey Surabaya sebagai kota yang tidak asing. Tapi menjadi berbeda karena lokasi survey yang tidak biasa, pelabuhan!!! Seumur-umur hidup di Surabaya baru sekali seumur hidup ke Pelabuhan Tanjung Perak, itu juga karena ada tour wisata sekolah. Yahh … paling tidak jadi pahamlah bentuk dan kehidupan di utara Surabaya kali ini. Survey kali ini sekaligus mengukuhkan kali kedua saya mengunjungi Pelabuhan Tanjung Perak. 

Makasar. Perjalanan selanjutnya yang harus ditempuh di minggu ketiga di Bulan Juli. Cukup 2 hari saja menghabiskan waktu di Makasar, tapi lagi-lagi saya mulai jatuh cinta (juga) dengan kota yang satu ini. Entah kenapa, Makasar mengingatkan saya dengan Kota Malang yang hampir pernah saya tinggali selama 7 tahun, hanya berbeda dari segi cuaca. Kota pantai di Pulau Sulawesi ini memang memberikan kesan tersendiri buat saya. Pengalaman selama 2 hari yang menimbulkan banyak kesan. Malam pertama di Kota Makasar karena penerbangan terakhir kala itu disambut dengan pemandangan dunia malam Kota Makasar yang … mmm … mengejutkan!! Bukan tanpa maksud melalui area itu melainkan jalan satu-satunya dari bandara menuju kota hanya itu. Huehehehhe. Deg-deg an dibuatnya. Call me nerd or what, memang itu yang saya rasakan. Oya … khusus perjalanan Makasar nanti saya tulis tersendiri. Servis oke dan akomodasi yang memuaskan wajib hukumnya di share hihihi. Kesan kedua di Makasar adalah temperamen!!!! Hehehe. Bukan rahasia umum kalau Makasar terkenal dengan sifat yang satu itu. Bahkan hanya karena pesanan makanan terlambat datang Mas guide kami sudah bernada tinggi yang semula santai kayak dipantai. Yah … apa mau dikata sudah dari sononya mungkin orang Makasar begitu. Dan selanjutnya semakin berkesan dengan Karebosi Makasar (nama Mall bawah tanah di sana), Pantai Losari (sayangnya ketika berkunjung kesana tulisan termahsyur di tepi pantai itu tertutup panggung salah satu event yang sedang diselenggarakan), Jalan Somba Opu (tempat oleh-oleh), Trans Studio (yang menurut saya biasa saja), coto makasar, dan konro yang memang baru kali itu saya bisa menikmati iga/konro yang pas di lidah. Oya … satu lagi, Kampong Popsa Makasar tempat nongkrong pinggir pantai yang hips in town. Satu kata untuk Makasar, Amazing Makasar!! Since then, promise to myself, trip to Makasar would be on my list. Perahu pinisi kebanggaan Indonesia masih belum ada di file foto hehehe.

Keseruan Makasar berakhir ketika kembali lagi panggilan tes pekerjaan datang dan mengharuskan saya segera kembali ke Surabaya. Untuk kesekian kalinya, saya diuji.

Satu yang bisa saya katakan selama perjalanan di bulan Juli lalu, everything went quickly. Tidak ada jeda, semuanya berlangsung begitu saja. Sampai akhirnya panggilan pekerjaan di Benji yang kembali memanggil dan mensyaratkan kehadiran saya selama kontrak di Benji. Sempat ragu karena harus melepaskan semua tanggung jawab sebagai anak yang selama beberapa waktu belakangan memang jadi tugas keseharian di Surabaya. Melepas keseruan bersama dGoss yang selama beberapa waktu memang intens, atau melepaskan ‘cinta’ yang benar-benar harus dilepaskan (untuk sementara waktu??). Huehehehe … curhat colongan jadinya. Kalau boleh jujur, memang pekerjaan yang satu ini tidak bisa menjadi masa depan, tapi (sepertinya) bisa menjadi salah satu cara untuk masa depan yang lebih baik. Sekali lagi harus berterima kasih ke Kiki karena dia yang memberi informasi lowongan pekerjaan ini. Hutang budi kesekian kali, meski pada akhirnya keputusan kembali pada saya. Hari-hari pertama menginjakkan kembali tanah Benji memang tidak mudah. Semua memori sebagai anak kos harus kembali digali setelah lama kembali menjadi anak rumahan. Mencari kos, hidup sendiri di tanah orang, memulai segalanya dari nol kembali, mempelajari jalanan Kota Benji dengan pilihan moda transportasi terbatas. 

Per 1 Agustus 2011 saya resmi berdomisili di Benji. Bukan masalah memulai kembali kehidupan sebagai anak kos yang membuat segalanya berat, tapi sekaligus puasa hari pertama saya tidak dirumah itu yang membuat berat. Terima kasih untuk segala kerabat yang sering mengingatkan saya untuk banyak makan sayur dan mengkhawatirkan kesehatan saya khussunya selama sebulan ini. Kalau  boleh jujur, beberapa kali air mata jatuh karena masa adaptasi tersebut. Bagi para perantauan pasti merasakan hal yang sama. Harusnya bisa saja saya tinggal selama beberapa waktu bersama keluarga Kiki yang sebetulnya memang meminta saya untuk tinggal dahulu selama sebulan ini. Grateful punya ‘keluarga’ baru (semoga tidak keberatan saya anggap sebagai keluarga saya!!) yang begitu terbuka dengan orang baru. Semata-mata saya ingin segera merasakan masa-masa adaptasi yang memang harusnya dilalui dengan air mata, sedih, mellow, manja, dan lain sebagainya. Semakin cepat dimulai, semakin cepat pula akan berakhir. Dan … hasilnya, saya sudah mulai menjelajah beberapa bagian kota Benji tanpa kesulitan apapun.

2 minggu pertama bekerja tidak menyulitkan atau belum terlalu menyulitkan tepatnya. Bahkan, sudah mendapat kepercayaan dari atasan untuk menghadiri pertemuan di Jakarta. Sejenak menghirup udara Jawa memang sedikit air breathing yang melegakan. Kembali melihat hiruk pikuk kota besar, paling tidak menjadi doping untuk tidak terlalu ekstrim menghadapi Benji selanjutnya. Jakarta bukan Surabaya, mengunjungi kakak disana juga tidak sama jika bertemu dengan orang tua atau rumah Surabaya. Tapi 4 hari di Jakarta cukup membuat saya kembali ke Benji pada hari kelima dengan senyum bersyukur. Hehehe. Alhamdulillah. BDJ – CGK pun jadi perjalanan pertama di bulan Agustus. Benar kata jargon tentang dunia planner atau plano diluaran, satu-satunya yang menyenangkan dari pekerjaan plano salah satunya adalah ‘jalan-jalan’. Kenapa bertanda kutip, karena sebetulnya yang dilihat bukan tempat wisata atau spot menarik di lokasi survey, melainkan bisa menginjakkan kaki di tanah yang tidak biasa kita kunjungi is an awesome thing. Baru saja beberapa waktu lalu membaca buku dengan judul The Book of Awesome karangan Neil Pasricha yang menceritakan pemikiran sederhana si pengarang tentang hal-hal kecil yang kadang tidak kita sadari tapi ternyata adalah AN AWESOME thing. Secara tidak langsung buku ini mengajarkan kita untuk tidak meributkan hal-hal besar dan membuat kita untuk lebih sering mensukuri sesuatu walaupun itu bukan hal besar.

Minggu ketiga hidup di Benji sudah mendapat kesempatan kembali untuk melakukan perjalanan ke beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan. Mulai menyisir bagian utara Kalsel, Tanjung-Amuntai-Hulu Sungai, lalu kembali ke Benji. Meski tidak untuk mengunjungi tempat wisata disetiap tempat tersebut, bisa menginjakkan kaki di tanah setiap kabupaten tersebut adalah Awesome thing. Kalau bisa mengumpulkan setiap pasir atau tanah dari setiap tempat barangkali akan lebih berkesan. Awesome thing lain yang agak sedikit membuat sedih adalah melihat kehidupan di setiap kota (yang lebih) kecil (dari Benji). Rangkaian perjalanan selama 2 hari tersebut secara tidak saya sadari sebuah A-Ha moment yang diberikan oleh Tuhan untuk melihat sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kearifan lokal masyarakat Kalimantan SElatan bagaimana kehidupan mereka tidak jauh dari sungai. Relijiusitas setiap warganya. Dan satu yang saya syukuri, keramahan masyarakat terhadap kami orang baru yang jauh berbeda dengan kota-kota besar di Jawa. Ketulusan yang belum pernah saya lihat sebelumnya.  Hati yang sederhana kalau boleh saya simpulkan bagaimana masyarakat Kalsel.

Minggu keempat … adalah MUDIK!!!!!!!!! Hehehehe … Pulang. Kembali ke peraduan, kembali menjadi the baby one in family. Tidak sadar kalau sudah bersahabat dengan Benji selama 30 hari. Dan cukup bisa kembali ke tanah Jawa dengan tersenyum. Bahagia? Tidak juga. Sedih? Bukan. Proud, bangga atas diri sendiri yang (ternyata) bisa push my limit maximally. Tidak perlu pengakuan orang lain atas kebanggaan terhadap diri sendiri dan tidak pula membutuhkan tepukan punggung karena mereka bangga, yang jelas bisa memahami batas diri sendiri dan tidak disangka-sangka ternyata bisa melebihi apa yang dikira adalah AWESOME. Have you ever feel that, people?

Pada akhirnya … from SUB with love. It all started from lovely hometown and ended … (could be) anywhere, here at this time. Leaving all my comfort at SUB and pushing myself at other place. Hopefully not pushing too hard.

So can wait for next ‘adventura’ !!!!!!!!!!!! Wish me any luck people!!!! Fingers crossed

2 komentar:

  1. Love this story ce.....
    ikut sedih n mellow dengan adaptasi pertamamu di tanah rantau....
    btw sampe kapan ce kerja di benji?
    Sukses ya!!

    BalasHapus
  2. Kontraknya sampai bulan desember cinta ... sebentar aja siy, 5 bulan kok hihihhi .... tenkyu yah .... btw hayo .... skripsi sampe mana ini???? :)

    BalasHapus

Dear Rika & friends ...