21 Jul 2012

Here's the thing : kantinku sayang, kantinku malang

Keributan suasana kantor seminggu terakhir kadang kala membuat gw suka lupa dengan lingkungan sekitar. When i say around me it means para OB, driver kantor, pak satpam, dan ibu-ibu penjaga kantin adalah supporting people atau biasa gw sebut unseen people. Kenapa unseen, perhatikan saja 'ruang' kerja mereka yg ada diujung ruangan, mungkin hanya sekitar 3x4 meter petak ruangan pantry, terkadang harus naik turun tangga jadi kurir dadakan, atau diujung bagian belakang kantor gw berkutat dengan kepulan asap kompot atau panasnya ruangan kntin yang sebetulnya tidak bisa disebut kantin karena cuma bagian belakang kantor beratap poli karbonat yang sebelumnya adalah tempat parkir kendaraan para penggede kantor. Karena alasan renovasi gedung sementara garasi itu disulap menjadi kantin yang silahkan dibayangkan ketika siang hari panasnya Kota Surabaya sungguh betapa kerennya.

Oke ... Keliatan jelas kalau gw mau cerita tentang kantin beserta tetek bengeknya yak. Gw panjang banget ngejelasin lokasi kantin kantor gw heheh. Yup ... Kita sebut saja sang subject topik kali ini adalah ibu kantin. Trending topic minggu ini dikantor adalah beliau. Seorang janda beranak 2 (kalau tidak salah), dengan kru 4 ibu-ibu untuk support beliau setiap hari menyiapkan makanan atau dagangan. Gosip pertama kali terhembus ketika gw harua lembur di kantor dan secara tidak sengaja salah seorang teman yang juga terjebak dalam aktifitas lembur mendengar gosip ini. Ibu kantin akan di-cut dan digantikan dengan makanan catering. Reaksi yang gw dan beberapa teman seruangan ketika mendenga adalah ... Hapahhhhh?????!!!!!!! FYI, kantin di kantor gw adalah salah satu tempat kita bersosialisasi dengan teman-teman bagian lain, a moment break to not staring at PC or laptop, tempat berdiskusi para bos ring 2 (baca : kepala divisi) bagian gw secara santai. Atau kadang kala kantin kantor gw jadi tempat escape gw dan teman-teman sejenak ketika bete dengan para bos atau kehectican bagian gw yang setiap hari ngga ada abisnya. Tentunya selain musholla kantor.

Sebuah kebijakan kantor gw seluruh pegawai dengan jumlah +- 100 orang diberi jatah makan sekali seharga Rp. 8000 rupiah dan cukup tanda tangan di semacam kertas absen harian pertanda kita sudah mengambil jatah makan hari itu. Cukup lumayan bagi kami sekantor mengingat kantor kami ada diujung utara Kota Surabaya yang bahkan angkot saja tidak lewat, sehingga jam makan siang kami tidak perlu keluar kantor dan menempuh jarak yang lumayan untuk mencari sesuap nasi di tengah hari. Atau kebutuhan cemil-cemil kami bisa dipenuhi dengan barang dagangan ibu-ibu kantin yang tersedia, tentunya yang ini kami dikenakan harga diluar jatah makan siang kami. Kantin semakin jadi tempat menyenangkan ketika kami lupa tidak membawa uang lebih jika kami mengambil camilan dan ibu kantin akan dengan baik hati mengiyakan celetukan kami,"nanti ya bu bayarnya!!!!". Sukur-sukur kalau bisa segera dibayar, dan tidak jarang beberapa hari kemudian kami baru akan membayar. Termasuk gw. Hehehe. Kadang kala gw dan beberapa teman suka ngomel karena menu kantin yang itu- itu saja. Pecel, telur, ayam, tahu tempe, menu sayur saja yang terkadang berganti-ganti. Gw bisa paham kenapa menu makanan ngga bisa bervariasi. Apalagi kalau harga-harga sembako yang se-geje saham di lantai bursa. Bisa turun atau semurah-murahnya atau naik alias mahalnya ngga kira-kira. Belum lagi kelakuan kami-kami yang suka kas-bon. Puyeng juga tuh ibu-ibu. Entah alasan apa yang membuat pimpinan yang berwenang di kantor memutuskan untuk mempertimbangkan mengganti kantin dengan makanan catering. Mungkin karena mereka boss jarang makan di kantin, makanan selalu diantar, dan hello ... Mereka boss!!!! Yang ada makanan diantar!!!!! Jadi maklum saja kalau para boss tidak merasakan betapa leganya kami para pegawai ketika kami memiliki space itu.

Gosip semakin kemana-mana ketika berhembus kabar itu bukan maksud sebenarnya. Melainkan sebuah teguran agar ada peningkatan dari menu makanan kantin dan baru akan digantikan kalau tidak ada peningkatan. Well to be honest kadang kalai kami juga suka mengeluh menu makanan yang disajikan tidak begitu bervariasi. Atau malah kadang kala kami suka protes ke para ibu kantin untuk mau memasakkan makanan-makanan diluar apa yang sudah disajikan. Baru ngerasa kasian gw sama ibu-ibu kantin. Ternyata we are so pushy, menuntut, dan seenak hati. Suka sering kita lupa ada keuntungan dari barang dagangan yang mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Hmmmm .... Kok jadi dalem yak??? But it is!! Naluri rakus manusia suka ngga bisa di-rem.

So ... Gw dan teman-teman sempat ngebahas ini dan menebak-nebak apa rasanya kalau kantin memang ditiadakan, ibu-ibu kantin yang riuh ramai sepanjang hari jadi entertain secara tidak sadar, lalu bahkan untuk makan siang pun kami harus tetap stand by di ruangan dengan pandangan yang sama sepanjang hari. Atau tidak terbayang tidak ada pilihan makanan yang bisa kami tentukan setiap hari. Gw ngga paham dengan sistem catering kantor, tapi harusnya kami cuma akan bisa terima apa adanya yang diberikan hari itu, begitu 'kan?! Lalu gimana dengan temen gw yang vegi kalau jika makanan hari itu penuh dengan daging-dagingan? Atau gimana dengan temen gw yang harus selalu makan sayur berkuah kalau jika makanan hari itu cuma ada oseng sayur? Atau gimana dengan kami yang kadang kalau suka tiba-tiba berhasrat makan mi instan? You answer that.

So ... Here's the thing, apapun alasan dibalik semuanya gw cuma bisa ngedoain para ibu kantin yang kudu berjuang lebih sekali lagi untuk hidupnya. Hidup emang ngga gampang, it's rough!!! Hursh!!!!! Kejam. Tapi ngga mungkin seluruh bagian kehidupan kita kejam dan ngga ngasih kelegaan sedikit pun. Banyak sabar, do what a have to do, dan apapun keputusan yang akan diambil nantibadalah yang terbaikn bagi setiap pihak. Keep the faith, bu as, bu yah, mbak umi dan mbak nur.


*at car wash while think about the whole universe

1 komentar:

  1. Like this mbak, ohya, FYI, ralat tuh janda beranak 4... *rasanya semakin gimana deh

    BalasHapus

Dear Rika & friends ...